NYERI KEPALA TEGANG

TENSION TYPE HEADACHE


LATAR BELAKANG
Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan yang sering didapatkan dalam klinik, walaupun stilah “sakit” ini tampaknya sulit didefinisikan. Persepsi tiap orang akan berbeda-beda, karena keluhan ini berasal dari pengalaman subyektif seseorang yang sulit dilakukan pengukurannya. Reaksi dan sikap individu terhadap stimulasi yang identik menyebabkan sakit akan berbeda pula. Oleh karena itu dokter pemeriksa akan dihadapkan pada tugas untuk mendapatkan informasi yang selengkap mungkin dari pasien dan juga harus dapat membayangkan bagaimana pasien bereaksi terhadap rasa sakitnya itu.
Aristoteles berpendapat bahwa rasa sakit itu merupakan kualitas keadaan jiwa, suatu keadaan perasaan yang merupakan kebalikan dari senang. Istilah sefalgia (cephalgia, headache) adalah rasa sakit atau nyeri yang terlokalisasi dikepala dan muka.
Tension type headache disebut pula muscle contraction headache merupakan nyeri kepala tegang. Nyeri kepala tegang karena kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan tengkuk. Nyeri kepala tegang ini adalah manifestasi dari reaksi tubuh terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional, kelelahan atau holistik yang tertekan.
Di negara maju seperti Eropa dan Amerika tension type headache merupakan salah satu penyakit yang paling mahal karena akibat dari sakit kepala ini bisa menurunkan produktivitas seseorang.
Dilaporkan pada suatu studi tahun 2000, 74% pasien adalah pekerja yang tidak masuk kerja beberapa hari oleh karena penyakit ini.
DEFINISI
Nyeri kepala tegang didefinisikan sebagai serangan nyeri kepala berulang yang berlangsung dalam hitungan menit sampai hari, dengan sifat nyeri yang biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan sampai berat, bilateral, tidak dipicu oleh aktifitas fisik dan gejala penyerta nya tidak menonjol.
Tension headache disebut pula muscle contraction headache merupakan nyeri tegang otot yang timbul karena kontraksi terus menerus otot-otot kepala dan tengkuk (m.Splenius kapitis, m.Temporalis, m.Maseter, m.Sternokleidomastoideus, m.Trapezius, m.Servikalis posterior, dan m.Levator skapule). Sakit kepala tipe ini banyak terdapat pada wanita masa menopause dan premenstrual.
KLASIFIKASI
Tension type headache dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
  1. Episodik; Dengan serangan yang terjadi kurang dari 1 hari perbulan (12 hari dalam 1 tahun).
  1. Kronik; Dengan serangan minimal 15 hari perbulan selama paling sedikit 3 bulan (180 hari dalam 1 tahun).
Tension headache kronik dibagi 2 macam, yaitu:
a) Short-duration
Serangan terjadi kurang dari 4 jam.
b) Long-duration
Serangan berlangsung lebih dari 4 jam.
LOKASI
Tension type headache dapat terjadi secara:
ü Bilateral.
ü Predominasi oksipital-nukhal.
ü Temporal.
ü Frontal.
ü Kadang menyebar difus di puncak kepala.
FAKTOR PENCETUS
Yang merupakan faktor pencetus tension type headache adalah, sebagai berikut:
§ Stres
§ Kecemasan
§ Depresi
§ Konflik emosional
§ Kelelahan
ETIOPATOGENESIS
Pada tension headache hanya sebagian saja yang terungkap. Nyeri kepala yang timbul adalah manifestasi dari reaksi tubuh terhadap stres, kecemasan, depresi, konflik emosional atau kelelahan. Respon fisiologis yang terjadi meliputi refleks vasodilatasi pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi menetap otot-otot skelet kulit kepala (scalp), wajah, leher dan bahu secara terus menerus.
MANIFESTASI KLINIS
§ Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada daerah bitemporal atau bioksipital, atau seperti diikat sekeliling kepala.
§ Nyeri kepala terutama pada dahi, pelipis, belakang kepala atau leher.
§ Nyeri tidak berdenyut,tidak ada nausea, fotofobia dan fonofobia.
§ Bila berlangsung lama pada palpasi dapat ditemukan daerah-daerah yang membenjol keras berbatas tegas dan nyeri tekan.
§ Nyeri dapat menjalar sampai bahu.
§ Pada yang episodik pasien jarang berobat ke dokter karena sebagian besar sembuh dengan obat-obat analgetik bebas yang beredar dipasaran.
§ Pada yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi. Oleh sebab itu, perlu dievaluasi adanya stres kehidupan, pekerjaan, kebiasaan, sifat kepribadian tipe perfeksionis, kehidupan perkawinan, kehidupan sosial, seksual, dan cara pasien mengatasinya.
§ Gejala lain yang dapat ditemukan seperti gangguan tidur (sering terbangun atau bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun, palpitasi dan gangguan haid.
§ Keluhan emosi antara lain perasaan bersalah, putus asa, tidak berharga, takut sakit atau mati,dll.
§ Keluhan psikis yaitu konsentrasi buruk, minat menurun, ambisi menurun atau hilang, daya ingat buruk dan mau bunuh diri.
§ Pasien sering menghubungkan nyeri kepalanya secara tidak proposional dengan kejadian yang pernah dialaminya seperti kecelakaan, trauma, kematian orang yang dicintai bekas suntikan, tindakan operasi, kehilangan pekerjaan, atau perceraian.
PENATALAKSANAAN
Tindakan umum
a) Pembinaan hubungan empati awal yang hangat antara dokter dan pasien merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk keberhasilan pengobatan. Penjelasan dokter yang meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya.
b) Penilaian adanya kecemasan atau depresi harus segera dilakukan. Sebagian pasien menerima bahwa kepalanya berkaitan dengan penyakit depresinya dan bersedia ikut program pengobatan sedangkan pasien lain berusaha menyangkalnya. Oleh sebab itu, pengobatan harus di tujukan kepada penyakit yang mendasari dengan obat anti cemas atau anti depresi serta modifikasi pola hidup yang salah, disamping pengobatan nyeri kepalanya. Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien harus dirujuk ke ahli jiwa.
Terapi farmakologik
a) Analgetikum, misalnya:
Asam asetilsalisilat 500mg tablet dengan dosis 1500mg/hari.
Metampiron 500mg tablet dengan dosis 1500mg/hari.
Glafenin 200mg tablet dengan dosis 600- 1200mg/hari.
Asam mefenamat 250-500mg tablet dengan dosis 750-1500mg/hari.
b) Penenang/ansiolitik, misalnya:
Klordiazepoksid 5mg tablet dengan dosis 15-30mg/hari.
Klobazam 10mg tablet dengan dosis 20- 30mg/hari.
Lorazepam 1-2mg tablet dengan dosis 3- 6mg/hari.
c) Antidepresan, misalnya:
Maprotiline 25/50/75mg tablet dengan dosis 25-75mg/hari.
Amineptine100mg tablet dengan dosis 200mg/hari.
d) Relaksasi, hipnosis, biofeedback, dan tehnik relaksasi lain dapat membantu mengurangi berat-ringan dan frekuensi serangan.
e) Psikoterapi bermanfaat pada kasus dengan ansietas atau depresi yang berat.

f) Fisioterapi, terdiri dari diatermi, masase, kompres hangat, TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation).
g) Tindakan lain seperti injeksi trigger point dengan 0,25 – 0,50 ml lidokain 1% dicampur deksametason/triamsolon dalam volume yang sama dapat membantu mempercepat penyembuhan nyeri kepala tegang pada kasus-kasus tertentu.